Sabtu, 01 September 2007

Sudut Pandang Kerajaan Allah

Sudut pandang sangat menentukan “keberadaan” seseorang; yang saya maksudkan adalah cara dia melihat diri sendiri, orang lain, lingkungan, masa depannya dan bahkan hubungannya dengan Tuhan. Sudut pandang yang salah akan menyeret kita masuk dalam kondisi yang buruk dan berbahaya. Kita meyakini sesuatu yang kita pikir benar dan ternyata salah. Kita, pada akhirnya harus membayar mahal harga yang seharusnya tidak perlu kita bayar.

Sudut pandang yang benar sebaliknya akan membawa kita bukan hanya dalam jalan-jalan yang benar. Tetapi juga menjamin adanya hasil yang baik dan masa depan yang cerah. Harga yang kita harus bayarpun dalam pergumulan hidup akan sangat pantas dengan apa yang kita akan dapatkan.

Sebagai umat yang ditebus oleh darah Yesus yang mahal dan masuk dalam KerajaanNya, kita harus memiliki sudut pandang yang baru dan berbalik bahkan membuang yang lama. Rasul Paulus dalam Fil 3:13 mengatakan: “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku.”

Selanjutnya dalam Efesus 4:24 Paulus mengatakan: “…dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Lebih jelas lagi dalam Kol 3:10 dikatakan: “…dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar khaliknya…”

Dari beberapa ayat di atas, jelas sekali sebagai “umat Kerajaan” kita harus memiliki sudut pandang yang baru. Momen dimana kita melangkah masuk ke dalam KerajaanNya, momen yang sama kita harus hidup dengan sudut pandang KerajaanNya. Saya berdoa agar setiap dari pada kita adalah “Perwakilan Kerajaan Kristus” maka perspektif, cara berpikir, dan cara hidup kita haruslah berdasarkan sudut pandang Kerajaan Allah. Sehingga apa yang menjadi doa Yesus “datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu dibumi seperti di surga” terjadi secara nyata dalam setiap aspek kehidupan kita.

Lalu bagaimana cara kita hidup sebagai perwakilan Kerajaan Kristus? Mari pikirkan hidup kita sekarang sementara kita ada di dunia ini, bukan dari sudut pandang dunia fana ini tetapi dari sudut pandang kekekalan. Mengapa? Jawabannya jelas karena apa yang ada di dunia ini tidak bisa dibandingkan dengan apa yang akan terjadi dan kita alami dalam kekekalan. Lebih dari itu kita sangat percaya adanya sorga (baca: hidup kekal dalam kerajaannya) dan neraka. Cobalah bandingkan waktu di dunia ini dengan kekekalan, jawabannya tentu saja amat sangat tidak sebanding. Kekekalan berarti tanpa batas, tidak terhitung atau tidak terhingga sementara waktu didunia ini sangat terbatas.Sorga dan neraka bukanlah suatu legenda atau cerita yang belum tentu ada kebenarannya. Sorga dan neraka itu sangat nyata sebab Alkitab menulis dengan jelas tentang hal-hal ini.

Lewat salah satu perumpamaan yang Yesus sampaikan dalam Lukas 9:19-31 kita melihat gambaran yang begitu nyata tentang sorga dan neraka. Saya percaya apa yang Yesus sampaikan itu tidak hanya sebuah cerita melainkan suatu kebenaran. Dengan kata lain dalam kekekalan kita memang hanya memiliki dua pilihan: melewati kekekalan dalam kemuliaan (sorga) atau dalam kesengsaraan yang tiada akhir. Jujur saja saya tidak bisa membayangkan melewati kekekalan dalam kesengsaraan. Lautan api menyala-nyala, ulat-ulat yang “memakan” tubuh, bau belerang yang sangat menyengat, kegelapan yang paling gelap, ratap dan kertak gigi. Saya berani menjamin tidak ada seorangpun dari kita yang mau ada di sana. Neraka adalah tempat yang paling mengerikan di seluruh alam semesta ini dan sekali lagi itu sangat nyata.

Kita semuanya sebenarnya tidak diciptakan untuk ada di neraka dan neraka juga tidak diciptakan untuk kita. Manusia sejak awalnya diciptakan untuk berada di taman eden, kejatuhan Adam dan Hawa lah yang membuat manusia terusir dari taman eden. Itu sebabnya mengapa Yesus mati bagi dosa-dosa kita, tujuannya adalah agar kita diselamatkan dari neraka. Rencana Allah hanya satu dan Dia tidak berubah dulu sekarang dan selama-lamanya. Kalau sejak dulu Dia ingin kita ada di eden sekarangpun Dia menginginkan kita suatu saat berada di eden. Hanya saja maukah kita sungguh–sungguh hidup dalam pertobatan yang sejati. Sebab mengaku dan percaya saja bukan jaminan selama kita tidak menunjukkan buah-buah pertobatan secara nyata.

Firman Tuhan dalam kitab Efesus 4:1 - 5:13 menuliskan dengan tegas dan jelas tentang buah pertobatan. Khusus dalam Efesus 5:5 dikatakan: “Karena itu ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.” Alkitab tidak mengajarkan kepada kita anugerah murahan, yaitu suatu pemikiran yang mengatakan tidak masalah jatuh bangun dalam dosa sebab keselamatan kita sudah dijamin. Memang benar bahwa keselamatan adalah anugerah oleh iman. Tetapi banyak dari kita seringkali lupa bahwa anugerah juga memberikan kemampuan untuk kita menang atas dosa. Anugerah mengubah seorang teroris menjadi rasul dan menjadikan dia pekerja paling keras di ladang Kristus yang menghasilkan banyak jiwa dan memperluas Kerajaan Allah.

Hari ini sekali lagi saya mengajak kita semua merenungkan kehidupan kita sebagai orang percaya. Pertanyaannya? Seberapa dalam kita benci dosa?, seberapa jauh kita lewat anugerah berusaha hidup dalam kebenaran?, seberapa serius kita menjalani panggilan Tuhan dalam hidup kita? Semua pertanyaan ini memang sesuatu yang sangat “klasik.” Tapi saya tidak mau kita habiskan hidup kita dalam kekekalan di neraka, saya mau satu hari kita semua berjumpa dalam sukacita, damai sejahtera dan kemuliaan dalam kerajaannya yang kekal. Tuhan memberkati !!