Sabtu, 01 September 2007

Sudut Pandang Kerajaan Allah

Sudut pandang sangat menentukan “keberadaan” seseorang; yang saya maksudkan adalah cara dia melihat diri sendiri, orang lain, lingkungan, masa depannya dan bahkan hubungannya dengan Tuhan. Sudut pandang yang salah akan menyeret kita masuk dalam kondisi yang buruk dan berbahaya. Kita meyakini sesuatu yang kita pikir benar dan ternyata salah. Kita, pada akhirnya harus membayar mahal harga yang seharusnya tidak perlu kita bayar.

Sudut pandang yang benar sebaliknya akan membawa kita bukan hanya dalam jalan-jalan yang benar. Tetapi juga menjamin adanya hasil yang baik dan masa depan yang cerah. Harga yang kita harus bayarpun dalam pergumulan hidup akan sangat pantas dengan apa yang kita akan dapatkan.

Sebagai umat yang ditebus oleh darah Yesus yang mahal dan masuk dalam KerajaanNya, kita harus memiliki sudut pandang yang baru dan berbalik bahkan membuang yang lama. Rasul Paulus dalam Fil 3:13 mengatakan: “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku.”

Selanjutnya dalam Efesus 4:24 Paulus mengatakan: “…dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Lebih jelas lagi dalam Kol 3:10 dikatakan: “…dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar khaliknya…”

Dari beberapa ayat di atas, jelas sekali sebagai “umat Kerajaan” kita harus memiliki sudut pandang yang baru. Momen dimana kita melangkah masuk ke dalam KerajaanNya, momen yang sama kita harus hidup dengan sudut pandang KerajaanNya. Saya berdoa agar setiap dari pada kita adalah “Perwakilan Kerajaan Kristus” maka perspektif, cara berpikir, dan cara hidup kita haruslah berdasarkan sudut pandang Kerajaan Allah. Sehingga apa yang menjadi doa Yesus “datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu dibumi seperti di surga” terjadi secara nyata dalam setiap aspek kehidupan kita.

Lalu bagaimana cara kita hidup sebagai perwakilan Kerajaan Kristus? Mari pikirkan hidup kita sekarang sementara kita ada di dunia ini, bukan dari sudut pandang dunia fana ini tetapi dari sudut pandang kekekalan. Mengapa? Jawabannya jelas karena apa yang ada di dunia ini tidak bisa dibandingkan dengan apa yang akan terjadi dan kita alami dalam kekekalan. Lebih dari itu kita sangat percaya adanya sorga (baca: hidup kekal dalam kerajaannya) dan neraka. Cobalah bandingkan waktu di dunia ini dengan kekekalan, jawabannya tentu saja amat sangat tidak sebanding. Kekekalan berarti tanpa batas, tidak terhitung atau tidak terhingga sementara waktu didunia ini sangat terbatas.Sorga dan neraka bukanlah suatu legenda atau cerita yang belum tentu ada kebenarannya. Sorga dan neraka itu sangat nyata sebab Alkitab menulis dengan jelas tentang hal-hal ini.

Lewat salah satu perumpamaan yang Yesus sampaikan dalam Lukas 9:19-31 kita melihat gambaran yang begitu nyata tentang sorga dan neraka. Saya percaya apa yang Yesus sampaikan itu tidak hanya sebuah cerita melainkan suatu kebenaran. Dengan kata lain dalam kekekalan kita memang hanya memiliki dua pilihan: melewati kekekalan dalam kemuliaan (sorga) atau dalam kesengsaraan yang tiada akhir. Jujur saja saya tidak bisa membayangkan melewati kekekalan dalam kesengsaraan. Lautan api menyala-nyala, ulat-ulat yang “memakan” tubuh, bau belerang yang sangat menyengat, kegelapan yang paling gelap, ratap dan kertak gigi. Saya berani menjamin tidak ada seorangpun dari kita yang mau ada di sana. Neraka adalah tempat yang paling mengerikan di seluruh alam semesta ini dan sekali lagi itu sangat nyata.

Kita semuanya sebenarnya tidak diciptakan untuk ada di neraka dan neraka juga tidak diciptakan untuk kita. Manusia sejak awalnya diciptakan untuk berada di taman eden, kejatuhan Adam dan Hawa lah yang membuat manusia terusir dari taman eden. Itu sebabnya mengapa Yesus mati bagi dosa-dosa kita, tujuannya adalah agar kita diselamatkan dari neraka. Rencana Allah hanya satu dan Dia tidak berubah dulu sekarang dan selama-lamanya. Kalau sejak dulu Dia ingin kita ada di eden sekarangpun Dia menginginkan kita suatu saat berada di eden. Hanya saja maukah kita sungguh–sungguh hidup dalam pertobatan yang sejati. Sebab mengaku dan percaya saja bukan jaminan selama kita tidak menunjukkan buah-buah pertobatan secara nyata.

Firman Tuhan dalam kitab Efesus 4:1 - 5:13 menuliskan dengan tegas dan jelas tentang buah pertobatan. Khusus dalam Efesus 5:5 dikatakan: “Karena itu ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.” Alkitab tidak mengajarkan kepada kita anugerah murahan, yaitu suatu pemikiran yang mengatakan tidak masalah jatuh bangun dalam dosa sebab keselamatan kita sudah dijamin. Memang benar bahwa keselamatan adalah anugerah oleh iman. Tetapi banyak dari kita seringkali lupa bahwa anugerah juga memberikan kemampuan untuk kita menang atas dosa. Anugerah mengubah seorang teroris menjadi rasul dan menjadikan dia pekerja paling keras di ladang Kristus yang menghasilkan banyak jiwa dan memperluas Kerajaan Allah.

Hari ini sekali lagi saya mengajak kita semua merenungkan kehidupan kita sebagai orang percaya. Pertanyaannya? Seberapa dalam kita benci dosa?, seberapa jauh kita lewat anugerah berusaha hidup dalam kebenaran?, seberapa serius kita menjalani panggilan Tuhan dalam hidup kita? Semua pertanyaan ini memang sesuatu yang sangat “klasik.” Tapi saya tidak mau kita habiskan hidup kita dalam kekekalan di neraka, saya mau satu hari kita semua berjumpa dalam sukacita, damai sejahtera dan kemuliaan dalam kerajaannya yang kekal. Tuhan memberkati !!

Rabu, 01 Agustus 2007

Kunci Kemenangan Daud

MAZMUR 62

Ay 1-3 Daud mulai dengan PENGAKUAN (bukan keluhan), meskipun ada masalah
Ay 4-5 Daud menghadapi musuh-musuh yang menekan

Kunci kemenangan:
Ay 6 Daud mengulangi PENGAKUAN

Daud tenang karena dengan Tuhan, dia dapat:

a. Kepastian (ay 7) “aku tidak goyah”
b. Perlindungan (ay 8) “tempat perlindungan”
c. Dapat dipercaya (ay 9) “percayalah padanya”

Karenanya orang prcaya pada:
1. Manusia (ay 10)
2. Harta (ay 11)
d. Berkuasa (ay 9) “kuasa dari Allah …”
e. Kesetiaan dan keadilan (ay 13)

Selasa, 01 Mei 2007

Menjadi Teladan Yang Baik

1 Tim 4:11-12
Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

Rasul Paulus berkata demikian kepada Timotius, seorang gembala yang masih muda. Setiap pemimpin, apakah itu pemimpin gereja atau di mana saja, memiliki suatu tanggung jawab. Tidak peduli siapa diri Anda, orang lain sedang memperhatikan Anda dan terpengaruh oleh teladan hidup Anda. Tidak diragukan lagi jika banyak orang telah menjadi teladan / contoh yang buruk bagi para saudara seiman bahkan kadang-kadang menjadi teladan yang buruk bagi umat percaya yang masih lemah iman atau yang baru bertobat / lahir baru. Tidak ada alasan apa pun juga yang bisa membenarkan perbuatan Anda untuk berhak memandang rendah orang lain; apakah karena sedang mengalami hari yang buruk atau karena terlalu banyak disakiti di masa lalu sehingga sekarang menjadi pribadi yang over sensitif.

Ada perkataan bijak yang berbunyi, “seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang mengetahui suatu jalan, kemudian melangkah ke jalan tersebut dan menunjukkan jalan itu.” Jadi, tidak cukup dengan hanya mengetahui jalannya saja. Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” dan Yesus telah melakukannya. Rasul Paulus berkata, “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya….” Ini berarti bahwa usia muda bukanlah alasan untuk tidak sanggup menjadi teladan yang baik. Lalu, bagaimana caranya untuk menjadi teladan yang baik?

1. Menjadi teladan melalui perkataan
Dalam Kolose 4:6 ditulis, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Melalui perkataan yang positif dan membangun, kita menjadi teladan yang baik bagi orang lain dan sekaligus menjadi berkat lewat perkataan kita.

2. Menjadi teladan melalui cara hidup
“Orang benar akan hidup oleh iman" (Roma 1:17, Habakuk 2:4). Iman adalah dasar kehidupan umat percaya. Cara hidup dengan iman merupakan teladan yang baik yang dapat kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari ketika menghadapi situasi apapun juga.

3. Menjadi teladan melalui cara kita mengasihi orang lain
Yoh 13:35 menulis, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Kita menjadi saksi Kristus bagi orang lain melalui kasih yang kita nyatakan dalam perbuatan nyata. Perbuatan kasih adalah teladan baik yang perlu kita lakukan karena Yesus telah terlebih dahulu mengasihi kita.

4. Menjadi teladan melalui perbuatan iman
Abraham adalah teladan orang beriman (Roma 4:18-22). Perbuatan imannya nyata ketika ia tetap percaya dan tidak bimbang akan janji Tuhan walaupun tubuhnya sudah sangat lemah, usianya sudah sangat tua dan rahim Sara telah tertutup. Menjadi teladan iman yaitu jika kita hidup dan melakukan perbuatan iman.

5. Menjadi teladan melalui hidup kudus
Fil 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Memiliki pikiran yang kudus adalah awal untuk kita dapat hidup dalam kekudusan, menjaga kekudusan dan menjadi contoh nyata bagi orang lain.
Perbuatan kita sehari-hari secara langsung / tidak langsung sangat berpengaruh terhadap orang lain. Terutama bagi para pemimpin, menjadi teladan yang baik sangatlah mempengaruhi karakter orang-orang yang dipimpinNya. Yesus telah menjadi teladan yang baik melalui perkataan maupun perbuatan. Kita pun bisa menjadi teladan yang baik melalui perkataan, cara hidup, cara kita mengasihi orang lain, melalui perbuatan iman dan melalui hidup kudus. Jika kita melakukannya, hidup kita telah menjadi saksi Kristus yang hidup dan nyata di tengah dunia.

Minggu, 01 April 2007

12 Cara Merendahkan Hati

12 ways to humble yourself

Yakobus 4:7
Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!

Dalam Yakobus 4:7, ada 2 perintah yang diberikan Allah supaya kita hidup berkemenangan. Yang pertama yaitu kita harus tunduk kepada Allah dan berikutnya yaitu melawan iblis. Untuk dapat menundukkan diri pada Tuhan diperlukan kerendahan hati karena Tuhan mengajarkan jalanNya hanya kepada orang-orang yang rendah hati (Maz 25:9). Bagaimana caranya supaya kita memiliki kerendahan hati?

Ada 12 cara untuk kita dapat belajar merendahkan hati, yaitu:
1. Mengakui dosa secara berkala
Lukas 18:9-14 merupakan contoh seorang pemungut cukai yang merendahkan dirinya dengan mengakui dosanya di hadapan Allah. Hasilnya, Tuhan membenarkan dan meninggikannya. Sebaliknya orang Farisi yang meninggikan dirinya, justru direndahkan. Kita dapat belajar kerendahan hati dengan menyadari bahwa kita bukanlah manusia sempurna dan hanya Tuhan yang sempurna. Karena itu secara sadar atau tidak sadar, kita masih melakukan dosa. Marilah kita belajar mengaku dosa di hadapan Allah secara berkala dan meminta pengampunanNya.

2. Meminta pengampunan dari mereka yang Anda sakiti
Yakobus 3:2 menulis bahwa pada dasarnya kita telah bersalah dalam banyak hal. Oleh karena itu, kita dapat dengan mudah menyakiti orang lain secara sengaja / tidak sengaja melalui sikap dan perbuatan kita. Dengan belajar rendah hati, kita juga mulai belajar untuk berani minta maaf, meskipun tidak diminta, kepada orang-orang yang telah kita sakiti. Ini adalah kunci untuk membuka segala penghalang doa-doa kita kepada Tuhan (Yak 5:16).

3. Terimalah kekurangan dan kesalahan orang lain dengan sabar
Kita belajar rendah hati dengan menerima kekurangan dan kesalahan orang lain tanpa harus menghakiminya. Kesabaran dalam menghadapi orang lain mutlak kita praktekkan sebagai salah satu perwujudan buah roh. Tuhan tidak akan memberikan perintah yang kita tidak bisa lakukan. Ketika kita belajar sabar menerima kekurangan dan kesalahan orang lain, dengan iman kita percaya bahwa Tuhan juga menganugerahkan kekuatan yang memampukan kita untuk melakukan semua itu.

4. Milikilah penundukan diri terhadap otoritas, baik maupun buruk
Kita belajar kerendahan hati melalui penundukan diri terhadap otoritas, baik maupun buruk. Dalam I Pet 2:18, ditulis bahwa kita harus tunduk terhadap otoritas (tuan), tidak hanya terhadap yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. Ini sepertinya tidak mungkin dan sulit untuk kita lakukan. Tetapi ada janji Tuhan disini, yaitu kasih karunia (ayat 19-20) yang Tuhan berikan apabila kita mau taat terhadap perintahNya.

5. Terimalah koreksi dan masukan dari orang lain dengan penuh ucapan syukur
Bagaimana sikap kita ketika menerima koreksi/masukan dari orang lain? Marah-marah atau justru berterima kasih dan menerimanya? Dalam Amsal 10:17 dikatakan bahwa orang yang mengabaikan teguran akan tersesat. Memiliki kerendahan hati berarti kita tidak menganggap bahwa diri kita benar sepenuhnya. Namun, kita bersedia dididik oleh teguran dan nasehat dari orang lain. Karena itu, senantiasalah mengucap syukur terhadap masukan dari orang lain karena itu yang akan membawa kita pada jalan kehidupan (Amsal 10:17).

6. Terimalah posisi yang terendah
Belajar rendah hati berarti kita belajar untuk menerima posisi terendah dalam lingkungan apapun juga, baik itu dalam pekerjaan, organisasi, pertemuan, dll. Amsal 25:6-7 mengajarkan kita untuk tidak meninggikan diri karena yang meninggikan diri akan direndahkan. Termasuk dalam lingkungan gereja, gereja bukanlah tempat untuk mencari posisi karena fungsi lebih penting daripada posisi.

7. Bergabunglah bersama mereka yang statusnya lebih rendah
Selama Yesus di bumi, Ia selalu bergabung dan berkumpul di tengah-tengah orang yang dianggap berstatus rendah dan diabaikan oleh masyarakat saat itu. Yesus selalu berada di tengah-tengah para pemungut cukai, pelacur, orang miskin, orang sakit, dll. Luk 7:36-39 adalah salah satu contoh Yesus menyambut perempuan berdosa dan mengampuni dosanya. Kerendahan hati juga merupakan sikap menganggap bahwa diri kita tidak lebih baik dari orang lain (termasuk orang yang statusnya rendah sekalipun). Karena itu, kita tidak akan merasa malu untuk bergabung dengan orang-orang yang statusnya lebih rendah.

8. Layanilah orang lain
Kita belajar kerendahan hati dengan memiliki hati sebagai hamba dan mau melayani orang lain. Sebagaimana Yesus datang untuk melayani orang lain, kita juga wajib untuk melayani orang lain (Mat 23:11) dan mempersembahkan segala kemuliaan untuk Tuhan (bukan untuk diri sendiri).

9. Mudah mengampuni
Kerendahan hati berarti kita taat sepenuhnya pada perintah Tuhan. Salah satu misi Yesus yaitu memberikan pengampunan bagi umat manusia. Sebab itu, kita juga harus mudah mengampuni orang lain karena Tuhan telah terlebih dahulu mengampuni kita. Matius 18:21-35 adalah perumpamaan tentang pengampunan. Orang yang telah diampuni namun tidak mau mengampuni orang lain akan menerima hal yang serupa dari Bapa di sorga.

10. Mengembangkan hati yang selalu mengucap syukur
Kerendahan hati berarti kita menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, baik atau buruk, dengan ucapan syukur tanpa ada sungut-sungut. Firman Tuhan selalu mengajarkan kita untuk senantiasa mengucap syukur (I Tes 5:18). Seseorang yang tidak rendah hati akan sulit mengucap syukur, sebaliknya ia akan merasa bahwa ia layak mendapat sesuatu yang lebih dari yang sekarang Tuhan berikan. Sikap ini akan membuahkan sungut-sungut / keluhan dan akan semakin menghalangi janji Tuhan terjadi atas hidupnya.

11. Berusahalah untuk selalu berkata-kata yang baik tentang sesamamu
Ada kuasa di balik perkataan, jika kita memperkatakan yang jahat, itulah yang akan terjadi. Sebaliknya jika kita memperkatakan segala sesuatu yang baik dan firman Tuhan, janji Tuhan akan terjadi dalam hidup kita. Seseorang yang rendah hati akan selalu memperkatakan kata-kata yang baik untuk membangun orang lain. Sebaliknya orang yang tinggi hati akan menganggap dirinya selalu lebih dari orang lain dan menjelek-jelekkan orang lain. Marilah kita belajar untuk tidak mengucapkan kata-kata yang jahat dan merusak.

12. Pikullah salib ketika keangkuhan mulai ada dalam diri kita
Keangkuhan dapat datang salah satunya lewat pujian dari orang lain. Pujian lebih sulit dihadapi daripada penghinaan. Orang yang tidak memiliki kerendahan hati akan sangat mudah jatuh dibuai pujian orang lain. Itu karena adanya roh keangkuhan yang membutakan manusia. Sebaliknya, jika seseorang rendah hati, ketika roh keangkuhan mulai datang, ia akan segera meletakkannya di atas salib karena di salib tidak ada keangkuhan (Luk 9:23). Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang telah taat kepada sang Bapa dan merendahkan diriNya sampai mati di kayu salib.
Kerendahan hati adalah jalan untuk kita mengerti rencana Tuhan atas hidup kita dan mengalami hidup yang berkemenangan. Yesus adalah pribadi sempurna yang telah memberikan teladan kerendahan hati yang tidak menganggap kesetaraanNya dengan Tuhan sebagai milik untuk dipertahankan, namun tunduk sepenuhnya pada kehendak Bapa sampai mati di kayu salib dan akhirnya dipermuliakan. Amin.

Penampakan Membawa Kuasa Kebangkitan

Filipi 3:10
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,

Kematian Yesus mengeluarkan kita dari perbudakan dan membebaskan kita dari dosa. Namun kematian saja belum selesai. Ada hal yang lebih dahsyat lagi yang Yesus lakukan ketika Dia di bumi, yaitu kebangkitanNya. Kubur yang kosong adalah bukti kematian tidak bisa menahanNya. Dunia berusaha menyangkal fakta kebangkitan Yesus bahkan menganggap itu semua hanya dongeng. Mengapa? Karena kematian dan kebangkitan Yesus adalah pusat iman Kristen dan melalui kebangkitanNya yang mengalahkan maut itulah yang membuat iblis gemetar karena sebenarnya iblis sudah tidak punya kuasa lagi atas hidup manusia.
Penampakan Yesus yang menyatakan kuasa kebangkitanNya membawa dampak perubahan hidup terhadap orang – orang yang dijumpaiNya. Ada12 fakta penampakan Yesus yang dicatat dalam Alkitab, yaitu:
1. Yesus berjumpa dengan Maria Magdalena (Mark 16:9; Yoh 20:15-16)
2. Yesus berjumpa dengan wanita-wanita di kubur (Mat 28:9)
3. Yesus berjumpa dengan 2 murid di jalan Emaus (Luk 24:13-31)
4. Yesus berjumpa dengan Petrus (Luk 24:34; I Kor 15:5)
5. Yesus berjumpa dengan 10 murid yang lain (Yoh 20:19)
6. Yesus berjumpa dengan 11 murid (Yoh 20:26)
7. Yesus berjumpa dengan 7 murid (Yoh 21:1-22) setelah minggu ke-2
8. Yesus berjumpa dengan 11 murid di salah satu gunung di Galilea (Mat 28:16)
9. Yesus berjumpa dengan 12 murid termasuk Matius (I Kor 15:5; Kis 1:26)
10. Yesus berjumpa dengan 500 saudara-saudara (I Kor 15:6)
11. Yesus berjumpa dengan Yakobus (I Kor 15:7; Gal 1:19)
12. Semua rasul (I Kor 15:7; Mrk 16:19,20; Luk 24:50-53; Kis 1:3-12, 26)

Sedangkan dalam injil Yohanes, dicatat secara spesifik ada 4 penampakan yang Yesus lakukan setelah Dia bangkit dari kematian dan masing-masing memiliki arti yang luar biasa, yaitu:

1. Yesus berjumpa dengan Maria Magdalena (Yoh 20:15-17)
Maria datang dengan membawa rempah-rempah dan minyak urapan. Dia tidak berharap bertemu dengan Yesus yang bangkit. Waktu Maria melihat kubur itu kosong, ia sangat sedih dan menangis karena yang ia tidak mendapatkan apa yang ia harapkan (tubuh Yesus). Ketika Yesus menampakkan diri, Maria menyangka Ia adalah “penunggu taman”. Namun, Yesus sangat mengenal Maria, Ia bahkan memanggil namanya. Sungguh luar biasa Tuhan kita. Ia tidak pernah melupakan umatNya bahkan Ia sangat mengenal umatNya secara pribadi. Ia adalah Allah yang peduli dengan hidup kita. Usaha Maria menemui Yesus tidak sia-sia sampai Maria melihat kubur yang kosong. Bahkan dikisahkan kemudian Maria pergi dan menceritakan kepada murid-murid bahwa Ia telah melihat Tuhan.
Keadaan seperti Maria sering kita jumpai sehari-hari dimana banyak orang yang sedih dan kecewa terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Namun ada kabar baik, ketika kita menemukan “kubur kosong” itu, maka pada detik yang sama kita akan bertemu dengan Yesus yang bangkit dari kematian yang mengubah dukacita menjadi sukacita.

2. Yesus berjumpa dengan murid-murid (Yoh 20:19-23)
Jika Maria mengalami kesedihan, murid-murid Yesus justru mengalami ketakutan dan menyembunyikan diri. Melalui kuasa kebangkitanNya, Yesus memberikan pengharapan bagi yang sedang mengalami ketakutan. Di tengah-tengah persembunyian itu, Yesus datang di tengah-tengah mereka dan memberikan SHALLOM / damai sejahtera (Yoh 20:19b). Dalam ayat ke-20, ketika Yesus menunjukkan tangan dan lambungNya, murid-murid bersukacita. Mereka yang tadinya diliputi ketakutan sekarang menjadi bersukacita. Di tengah-tengah ketakutan, Tuhan adalah satu-satunya pengharapan damai sejahtera di mana kita dapat bersandar. Yesus adalah satu-satunya yang bisa menggantikan ketakutan dengan sukacita. Inilah pesan ‘kebangkitan’. Kita bisa mengalami sukacita bahkan ketika mengalami tekanan.

3. Yesus berjumpa dengan Tomas (Yoh 20:26-29)
Tomas adalah gambaran orang skeptic, ragu-ragu dan tidak percaya. Murid-murid yang lain telah berjumpa dengan Yesus dan menceritakannya pada Tomas. Namun, Tomas tidak percaya sebelum ia membuktikannya sendiri. Kita memang tidak melihat sendiri kebangkitan Yesus, namun kita percaya akan kebangkitanNya dan Tuhan berfirman, “… Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yoh 20:29b). Percaya adalah kunci hidup umat percaya. Menghadapi masa sulit, permasalahan, kuasa gelap, kita sebagai umat yang ditebus “percaya” bahwa itu semua “telah selesai” ditebus oleh Yesus 2000 tahun lalu di salib. Kita memiliki kuasa untuk menengking kuasa jahat dalam nama Yesus dan mengalami hidup yang berkemenangan.

4. Yesus berjumpa dengan Petrus (Yoh 21:4-7; 15-17)
Petrus yang sebelumnya telah menyangkal Yesus merasa sangat menyesal dan bersalah atas apa yang dilakukannya. Ia kembali pada pekerjaannya yang lama. Ini adalah kabar baik bagi mereka yang hidup dengan rasa penyesalan karena kesalahan masa lampau karena Yesus sangat penuh kasih dan pemaaf. Tidak hanya itu, ia sangat ‘membumi’ hingga murid-muridNya tidak mengenaliNya. Dalam kisah ini Yesus memberi makan murid-muridNya. Luar biasa!!! Ia adalah raja yang turun ke bumi, mati menebus dosa manusia, bangkit mengalahkan kuasa kematian, menampakkan diri kepada murid-muridNya dan memberi mereka makan. Kalau dulu saja Tuhan memberi makan murid-muridNya, maka hari ini juga Ia adalah Tuhan yang sama yang juga sanggup memberi makan umatNya.
Pertanyaan Yesus kepada Petrus (Yoh 21:17) adalah pertanyaan yang sama yang datang terhadap setiap kita di hari kebangkitanNya, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Tanda kasih kita terhadap Yesus adalah jika kita ‘memberi makan domba-domba’. Dengan hidup untuk orang lain dan menjadi saksi Kristus, kita turut ‘memberi makan domba-domba’. Kita dapat minta kuasa Roh Kudus untuk kita dapat menyentuh dan mengubahkan hidup orang lain.

Kuasa kebangkitan yang telah merubah kehidupan Maria Magdalena dari dukacita menjadi sukacita, merubah kehidupan murid-murid Yesus dari ketakutan menjadi damai sejahtera, adalah kuasa yang sama yang akan merubah kehidupan kita ketika bertemu denganNya secara pribadi. Dengan kita akrab dan bergaul dengan firmanNya, kita akan mengalami hubungan intim dan pengenalan pribadi dengan Yesus. Memperingati kebangkitanNya, sudahkah kita mengalami kuasa kebangkitanNya yang sanggup mengubahkan hidup kita? Setiap kita yang telah mengalami perjumpaan dengan Yesus yang bangkit dari kematian pasti mengalami perubahan hidup secara total.

Kamis, 01 Maret 2007

Menyatakan Kuasa Kerajaan

Minggu pagi kita keluar rumah (naik apa aja), tetangga kita nanya: “pak/bu mau kemana pagi-pagi?” Jawabannya udah jelas dan pasti: “mau ke gereja.” Selama berabad-abad banyak orang yang mengaku percaya tidak benar-benar mengerti apakah Gereja itu sesungguhnya? Beberapa orang berpikir gereja adalah gedung ibadah, yang lain menyangka bahwa gereja adalah organisasi, sementara yang lain lagi berpendapat bahwa Gereja adalah suatu komunitas , dan sebagainya.

Tentu saja sangat penting untuk kita mengerti apakah Gereja itu sesungguhnya dan untuk apa Gereja ada? Dari segi bahasa kata gereja diambil dari istilah “Ekklesia.” Beberapa ayat di Alkitab menuliskan tentang istilah ini, salah satunya yang paling jelas adalah pada waktu Yesus sendiri menyebutnya dalam Injil Matius 16:18-19, “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Kata jemaat di atas diterjemahkan sebagai Ekklesia, secara umum artinya: “Ek (keluar) dan Kaleo (dipanggil)” – yang dipanggil keluar. Pengertian yang lain tentang Ekklesia adalah “Dewan kota” yang terdiri dari orang-orang yang dipilih untuk mewakili kota tersebut di dalam mengambil keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan kota tersebut. Pertama-tama, Gereja adalah sesuatu yang unik (yang dipanggil keluar) – Gereja juga dibangun di atas dasar yang teguh yaitu Tuhan Yesus sendiri. Gereja yang berikutnya, memiliki janji khusus di mana alam maut tidak berkuasa atasnya.

Dan yang lebih penting lagi, kepada Gereja diberikan kunci (dalam terjemahan bhs Inggris: kunci-kunci) Kerajaan Sorga. Gereja memiliki kuasa untuk mengikat dan melepaskan. Tidak heran Gereja sangat berperan untuk menentukan “nasib” suatu kota atau suatu teritori dimana Gereja tersebut berada. Itu berarti Gereja punya akses dan satu-satunya yang mampu untuk menyatakan KerajaanNya di muka bumi ini. Itu sebabnya juga Yesus memulai pelayananNya dengan pernyataan: “bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat (baca: sudah datang). Ada suatu kaitan erat antara keberadaan Gereja dan Kerajaan Allah.

Saya berdoa supaya hal-hal di atas menjadi milik dan bagian utama dalam kehidupan kita sebagai GerejaNya. Saya berdoa apa yang menjadi doa Yesus terjadi, “datanglah KerajaanMu dan jadilah kehendakMu dibumi seperti disorga.” Masukkan ini ke dalam roh saudara Gereja adalah satu-satunya “alat Tuhan” didunia ini untuk menghadirkan KerajaanNya secara nyata. Dua tahun sudah berlalu, dan saya percaya pada tahun-tahun berikut ROCK sebagai Gereja yang menyatakan KerajaanNya hidup sungguh-sungguh dalam kebenaranNya dan berdampak bagi pribadi-pribadi, keluarga-keluarga, lingkungan, kota, bangsa ini bahkan bangsa-bangsa lain di dunia ini.

“ … Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.
 
Lukas 4:16-19 berbicara mengenai salah satu tujuan utama kedatangan Yesus dimuka bumi, yaitu untuk menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta, membebaskan orang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.

Yesus datang dan melakukan hal-hal di atas untuk menolong dunia yang ‘tidak mampu’ menolong dirinya sendiri akibat dosa. Upah dosa adalah kutuk (Kejadian 3:14-19) dan maut (Roma 6:23). Dosa membuat manusia kehilangan kerajaanNya. Yesus datang untuk memulihkan dan mengembalikan semuanya.

Sebagaimana Yesus mengerjakan pemulihan dan menyatakan KerajaanNya, kita juga harus melakukan yang sama, Lukas 4: 16-19 mengajarkan:

1. Bergantung pada Roh Kudus (Roh Tuhan Allah ada pada-Ku)

2. Menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin
Hari-hari ini begitu banyak orang yang miskin secara materi dan juga miskin secara rohani. Banyak sekali orang-orang yang kaya secara materi akan tetapi sangat miskin secara rohani. Tugas kita adalah melayani mereka, baik yang miskin jasmani maupun yang miskin rohani, dengan memberitakan kabar baik.

3. Memberitakan pembebasan bagi yang tertawan.
Baik tertawan di dalam penjara maupun tertawan oleh dosa (narkoba, pornografi, uang, dll)

4. Memberitakan penglihatan bagi orang-orang yang buta (rohani)
Ketika manusia jatuh di dalam dosa, maka ada suatu selubung yang menutupi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat melihat berkat, pintu-pintu terbuka dan kesempatan-kesempatan yang Tuhan berikan bagi mereka. Kita harus memberitakan penglihatan bagi mereka atau dengan kata lain kita harus memberikan dukungan dan tuntunan kepada mereka untuk dapat melihat sinar kemuliaan Tuhan.

5. Membebaskan orang-orang yang tertindas
Dunia semakin sulit dan semakin kejam, begitu banyak orang yang tertindas dan teraniaya. Kita harus memberikan harapan kepada mereka dan menyatakan KerajaanNya melalui pengorbanan kita untuk membebaskan mereka.

6. Memberitakan tahun Rahmat Tuhan telah datang
Memberikan pengharapan dan kekuatan bagi mereka, bahwa waktu (buat mereka) Tuhan telah tiba. Waktu dimana mereka hiduo tidak dibawah kutuk tetapi di bawah rahmat (favor) yang daripada Tuhan.

Minggu ini mari lebih lagi kita berikan hidup untuk menyatakan “Kuasa Kerajaan-Nya”, sebab seluruh mahluk rindu menantikan saat anak-anak (putra-putra & putri-putri) Allah dinyatakan.

Going Public With Your faith

Menyatakan Iman Percaya Dalam Kehidupan Sehari-Hari

I Tim 4:11-16
Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang. Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.

Kita adalah duta-duta besar kerajaan sorga di bumi dan kita perlu menyatakan ‘’iman percaya’’ sebagai duta besar kerajaan sorga kepada orang lain. Ini dapat terlihat dari sikap hidup kita sehari-hari terhadap orang lain. Sikap seorang duta besar harus sesuai dengan nilai-nilai kerajaan atau negara yang diwalikinya. Begitu pula dengan sikap kita sebagai duta besar kerajaan sorga. Nilai-nilai kerajaan kita dapatkan lewat ayat-ayat firman Tuhan yang ada dalam Alkitab. Salah satunya terdapat dalam I Tim 4:11-16 yang menulis tentang bagaimana seharusnya karakter kerajaan tercermin dalam iman percaya kita sehari-harinya. Mari kita memeriksa sudahkah iman percaya sebagai duta besar kerajaan sorga terlihat dalam hidup kita melalui hal-hal berikut:

1. Teladan Hidup Kita (I Tim 4:11-12)
Apakah hidup kita sudah menjadi teladan dan contoh yang baik bagi orang lain? Bagaimana kebiasaan berbicara kita kepada orang lain? Sudahkan orang lain melihat sikap iman kita ketika menghadapi masalah? Apakah motivasi kita dalam bertindak benar-benar murni? Hidup kita sepenuhnya harus menjadi teladan. Kita harus mengucapkan perkataan yang membangun dan tetap tenang dalam iman ketika menghadapi masalah. Selain itu, dalam bertindak kita harus memiliki motivasi kasih terhadap orang lain, bukan pada keuntungan pribadi.

2. Peta Perjalanan Hidup Kita (I Tim 4:13)
Bagaimana arah hidup kita selama ini? Sudahkah kita memakai firman Tuhan sebagai peta pedoman perjalanan hidup yang kita lalui? Kita harus bertekun membaca firman Tuhan karena itu adalah ‘peta kehidupan’ yang mengarahkan kita pada rencana Tuhan. Dengan bertekun dalam firman dan memperkatakannya ketika menghadapi masalah, firman itu yang akan menjadi ‘senjata ampuh’ untuk mengalahkan permasalahan kita dan membawa kita pada tujuan Allah.

3. Pelayanan Kita (I Tim 4:14)
Sudahkah kita mengaktifkan karunia-karunia rohani yang telah Tuhan percayakan? Karunia rohani adalah anugerah Tuhan setelah kita lahir baru (lahir secara rohani). Bedanya dengan bakat yaitu bakat didapat waktu kita lahir secara jasmani. Ada berbagai bentuk karunia rohani (I Kor 12:4-11) dan sudah saatnya kita melatih dan menggunakannya (1 Kor 14:1-2). Janganlah pernah menyia-nyiakan karunia rohani yang ada dalam kita, akan tetapi kita wajib melatihnya untuk membangun diri kita dan selanjutnya menjadi berkat bagi orang lain.

4. Kemajuan Hidup Kita (I Tim 4:15-16)
Sudahkan kemajuan hidup kita nyata kepada semua orang? Melalui komitmen kita merenungkan firman Tuhan dan penerapannya, maka hidup kita akan berhasil dan beruntung (Yos 1:8). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan ‘prosperous’ dan ‘good success’ (Yos 1:8). Dengan bertekun, kita tidak hanya mengalami kemajuan dalam hidup kita. Kita bahkan menjadi berkat bagi orang lain yang mendengarkan kita (I Tim 4:15-16).

Marilah dalam minggu yang baru ini, dengan rendah hati kita menerima didikan dan pengajaran firman Tuhan dan mau diubahkan untuk serupa dengan karakter seorang duta besar kerajaan sorga melalui kehidupan nyata sehari-hari. Saya percaya pada saat kebenaran ini diaplikasikan / diterapkan secara nyata, maka bukan hanya hidup kita mengalami perubahan, tetapi hidup orang lain juga akan diubahkan. Pada saat yang sama, kita menyatakan “iman percaya”, saat itu juga Anda berfungsi sebagai duta besar kerajaanNya. Tuhan Yesus memberkati.

Doa Bapa Kami

Matius 6 : 9 - 13
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)
Tuhan Yesus mengajarkan doa ini kepada murid-muridNya dan juga kepada kita semua. Doa ini merupakan jawaban atas segala macam kebutuhan dalam hidup manusia. Doa Bapa Kami dalam Mat 6:9-13 mengandung 7 hal utama yang mewakili kebutuhan dasar manusia, yaitu:

1. Kebutuhan figur seorang ‘bapak’: “Bapa Kami…” (ayt.9) Yesus datang untuk membawa pemulihan hubungan antara manusia dengan Tuhan yang telah rusak karena dosa. Ia memperbaharui hubungan manusia dengan Tuhan seperti hubungan antara bapak dan anak. Yesus bahkan mengajarkan kita untuk memanggil Tuhan dengan sebutan yang sangat pribadi, intim dan sungguh luar biasa, yaitu “Bapa”.
Sebagaimana seorang anak intim dengan bapaknya, demikian juga hubungan kita dengan Bapa di sorga. Kita memiliki akses untuk berkomunikasi dengan Tuhan secara leluasa dan jaminan akan pemenuhan kebutuhan kita. Namun, iblis tidak suka dengan hal ini. Ia pun berusaha merusak figur bapak bahkan sejak usia dini (anak muda). Tetapi, kita masih memiliki pengharapan dalam Yesus karena Ia sendiri telah datang dan menyatakan diriNya sebagai “Bapa”. Tidak peduli bagaimana pun latar belakang kita, figur bapak di dunia ini memang tidak ada yang sempurna akan tetapi kita punya figur bapak surgawi yang sempurna. Seorang bapak punya kuasa untuk mengimpartasikan DNA dan karakter dalam diri anaknya. Yesus berkata bahwa Allah yang maha kuasa itu adalah “Bapa Kita” artinya kita membawa “DNA” surgawi dalam kehidupan kita. Karena itu kita patut berbangga karena kita adalah putera dan puteri Allah

2. Hadirat Tuhan: “Dikuduskanlah nama-Mu” (ayt.9) Ini adalah suatu ekspresi pujian / penyembahan. Pujian dan penyembahan adalah salah satu akses untuk kita bisa berada dalam hadiratNya. Manusia sebenarnya diciptakan untuk tinggal di dalam hadiratNya (itulah EDEN). Waktu kita tinggal di luar Tuhan, kita mati rohani. Kita tidak akan bertumbuh secara rohani dengan hanya membaca Alkitab, memuji dan menyembah hanya 1 minggu sekali pada waktu ke gereja. Sama halnya jika kita biasanya makan 3 kali sehari, dan sekarang hanya makan sekali dalam seminggu, kita akan kekurangan nutrisi dan mati lemas. Habitat kita adalah hadirat Tuhan dan
firman Tuhan adalah makanan kita. Ketika kita menyembah, hadirat Tuhan datang dan di dalam hadiratNya ada jawaban. Ketika kita tidak dapat menyelesaikan masalah dengan kekuatan kita, di dalam hadiratNYA ada jawaban dan ada jalan keluar, di dalam hadiratNya ada kekuatan, di dalam hadiratNya ada rasa aman, dan di dalam hadiratNya ada mujizat. Pujian adalah firman yang dinyanyikan. Pada saat kita memuji, kita membuat suatu pengakuan. Karena itu kita harus menyanyi dengan pengertian.
Ketika hadiratNya datang, Ia hadir dengan kuasa kerajaan, berkat kerajaan dan mujizat kerajaan di dalam kehidupan kita.

3. Prioritas Tuhan: “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu…” (ayt.10) Ini berbicara tentang prioritas kerajaan yang seharusnya menjadi prioritas dalam kehidupan kita. Prioritas kita adalah kerajaan Allah dan kebenaranNya (Mat 6: 33). Tragedi terbesar dalam hidup manusia yaitu ketika ia tidak tahu prioritas hidupnya. Tidak heran jika banyak manusia yang sibuk dan stres dalam kesehariannya karena berusaha memenuhi hal-hal yang sebenarnya bukanlah yang utama. Hal ini tentu saja membuat nama Tuhan tidak bisa dimuliakan. Namun, marilah kita memiliki prioritas yang benar untuk mengenal firman Tuhan agar kehendakNya terjadi dalam hidup kita sehingga nama Tuhan dipermuliakan.

4. Penyediaan Tuhan: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (ayt.11) Ayat ini berbicara mengenai penyediaan Tuhan atas segala kebutuhan kita (meyangkut apa yang kita makan, minum, pakai). Kita tidak perlu khawatir karena Allah sendiri telah berjanji memenuhi kebutuhan kita. Asalkan kita memiliki prioritas yang benar, maka segala sesuatu (termasuk kebutuhan di atas) akan Tuhan berikan.

5. Pengampunan Tuhan: “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (ayt.12)
Tuhan adalah Allah yang penuh kasih dan pengampunan. Ia sanggup mengampuni dosa-dosa kita asalkan kita mau bertobat dengan mengaku dan minta ampun. Karena itu kita juga harus mengampuni orang lain yang menyakiti hati kita. Kalau kita menyimpan kepahitan terhadap orang lain, kita sendiri yang rugi. Orang lain cuma bisa menyakiti kita satu kali; selanjutnya, kita hanya menyakiti diri kita sendiri dengan berulang-ulang mengingat apa yang orang lain lakukan dalam diri kita.

6. Kuasa atas Setan: “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat” (ayt.13) Ketika kita melepaskan pengampunan, inilah yang terjadi; kita lepas dari yang jahat.
Kita terbebas dari kuasa setan yang membelenggu hidup kita lewat sakit hati dan kepahitan. Tuhan telah memberi kita kuasa untuk mengusir setan (Mark 16:17) termasuk segala pengaruh pemikiran buruk yang iblis tanamkan dalam pikiran dan hati kita. Musuh kita bukanlah teman kita, saudara kita, bukan pula bos kita. Musuh kita adalah roh-roh jahat dan penguasa-penguasa di udara (Ef 6:12). Banyak orang yang menjadi jahat setelah ia diperlakukan dengan jahat oleh orang lain. Secara tidak langsung, dia mengijinkan kejahatan masuk menguasai dan mengendalikan hidup kita. Karena itu, kita harus menang atas kejahatan.

7. Kemitraan dengan Tuhan: “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.” (ayt.13) Kita diberi hak istimewa untuk bermitra dengan Tuhan. Kita adalah ‘duta besar kerajaan sorga’. Sebagai duta besar, kita mewakili negara yang mengutus kita. Puji nama Tuhan karena Ia telah berkenan memberikan kerajaan, kuasa dan kemuliaanNya kepada kita (II Tim 4:18; Luk 10:19 ; Yoh 17:22). Marilah kita mengembalikan segala kemuliaan bagi Allah.
Doa ini tidak hanya sekedar doa yang Yesus ajarkan pada murid-muridNya. Ini adalah doa yang penuh kuasa untuk menurunkan kerajaan sorga ke bumi. Ketika kerajaan itu turun, maka ada pengaruh surgawi terhadap kebutuhan material, hubungan dengan sesama dan kemenangan terhadap godaan dan kuasa setan. Inilah yang menjadi jawaban bagi setiap kebutuhan dasar kita sebagai manusia. Sebagai duta besar kerajaanNya, kita punya kuasa untuk menjawab segala kekhawatiran dan ketakutan atas hidup kita. Doa bapa kami ini sekaligus menjadi jaminan kuasa yang Tuhan berikan bagi kita untuk kita hidup dalam kemenangan dan senantiasa mempermuliakan nama Tuhan. Amin.