Jumat, 01 Desember 2006

Welcoming the Christmas Season

Menyambut “Hari” Natal

Tanpa terasa kita kembali berada di bulan Desember itu berarti sebentar lagi kita akan kembali merayakan natal bersama-sama. Rasa-rasanya masih belum hilang dari ingatan perayaan natal tahun lalu. Jujur saja hari-hari dalam hidup kita berlangsung begitu cepat. Anak-anak kita yang tadinya masih bayi tiba-tiba sudah besar, beberapa sudah jadi remaja sementara yang lain bahkan sudah hampir menikah. Mengalami semuanya ini seringkali secara tidak sadar kita berada dalam suatu bentuk kehidupan yang “bergulir” rutin. Berjalan dari satu hari ke hari yang berikut, minggu ke minggu yang berikut, bulan ke bulan yang berikut, tahun ke tahun yang berikut. Dan….sebentar lagi kita mengalami “natal yang berikutnya.” Keadaan ini bisa membuat kita terjebak untuk hanya sekedar “berada atau mengadakan” tanpa “mengalami” dan “mendalami” makna natal sesungguhnya.

Memang harus diakui sejujurnya, natal yang dirayakan tiap tanggal 25 Desember tidak datang dari Alkitab. Maksudnya Alkitab tidak menulis secara langsung tanggal kelahiran Yesus. Bahkan dari beberapa masukan tampaknya merayakan natal lebih terkesan “kafir” daripada rohani. Tetapi saya yakin apapun tanggapan orang terhadap natal, harus diakui bahwa Tuhan bisa “memakai” momen natal untuk menyatakan kasih, kuasa dan kemuliaannya. Bahkan negara tetangga Singapura yang mayoritas penduduknya beragama Budha memakai momen natal dengan sangat serius. Kalau mereka yang belum mengerti makna natal sesungguhnya ini bisa begitu serius, pertanyaannya bagaimana dengan kita.

Kita tahu bahwa bagi sebagian orang percaya (baca: kristen) natal identik dengan: pesta, baju baru, penampilan khusus, hura-hura, liburan, dan seterusnya; daftar ini bisa diperpanjang lagi. Bagaimana dengan kita? Menyambut natal sesungguhnya mengingatkan kita tentang pengharapan, penebusan, pemulihan, kasih, perubahan total, kemuliaan, dan seterusnya; daftar ini bisa ditambah sesuai dengan pengalaman masing-masing pribadi. Satu hal yang jelas dan paling penting “Mesias” yaitu “Raja di atas segala raja” dan “Tuhan di atas segala tuhan” datang di atas muka bumi ini. Itu berarti Dia berkenan datang dalam kehidupan kita secara pribadi.

Orang Majus sebagaimana ditulis dalam Matius 2:1,2 datang untuk memberikan persembahan dan penyembahan kepada Yesus. Yusuf dan Maria memberi hidup mereka untuk membawa Mesias kepada dunia. Elizabet, Simeon, dan para gembala menaikkan pujian dan penyembahan bagi Sang Raja. Saya percaya sikap-sikap yang seperti yang seharusnya ada dalam hidup kita. Mari kita merenungkan nilai-nilai ini lebih dalam lagi sementara kita berada dalam nuansa natal hari-hari ini. Bagaimana hubungan kita dengan Dia, adakah kehidupan kita “memuji dan menyembah” Dia senantiasa, dan yang terpenting apakah Yesus sungguh-sungguh menjadi Raja dalam hidup kita. Adakah raja-raja lain yang kita ijinkan bertahta dalam hidup kita? Renungkan baik-baik !!! KerajaanNya tidak dapat datang dan kehendakNya tidak akan jadi kalau Yesus belum menjadi Raja dalam seluruh aspek kehidupan kita. Welcome to Christmas season, Tuhan memberkati

Tidak ada komentar: